LAWANG
SEWU
WISATA
SEJARAH DAN UJI NYALI
Kali ini
aku berkunjung ke kota Semarang Jawa Tengah. Dua kali aku mengunjungi yang
namanya Lawang Sewu. Dan keduanya malam-malam alias setelah Isya. Karena kalau
siang panas sekali kalau harus bermotor-motoran dari Gunung Pati menuju
Semarang Kota.
Untuk
tiket masuk ke Lawang Sewu adalah Rp 10.000,-. Kita diwajibkan memakai pemandu
yang dikenakan tarif Rp 20.000,-. Jadi kalau ke Lawang Sewu beramai-ramai lebih
murah untuk iuran pemandunya karena baik satu pengunjung maupun rombongan
tarinya tetap sama yakni Rp 20.000,-
Pertama kali kita menginjakkan di
Lawang Sewu kita sudah diceritakan sejarahnya. Dulu saat penjajahan Belanda
bangunan ini dijadikan kator pusat perkeretaapian. Namun pada saat Jepang
menduduki Indonesia, bangunan ini berubah menjadi tempat penyiksaan kepada
orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Disitulah asal muasal kenapa
Lawang Sewu menjadi mistis karena banyaknya orag yang disiksa sampai mati pada
bangunan ini. apalagi aku kesana malem
terus jadi semakin mistis rasanya. Namun justru disitu letak asyiknya ^^.
Sebenarnya
aku benar-benar takjub dengan bangunan selain sisi keangkerannya itu. Setiap
detail bangunan dibuat dengan rapi. Bahkan sampai kamar mandinya juga. Aliran
air di lantai yang mencegah kebanjiran juga dibuat dengan rapi. Tak heran
memang Belanda dikenal dengan ahli airnya. Kita sempatkan berfoto di tengah
gedung di bawah pohon besar yang katanya disana ada penghuninya. Tapi bismillah
aja lah kalau memang terfoto ya buat kenang-kenangan ^^.
Kenapa
dinamakan lawang sewu ternyata dari dari daun-daun pintu di bangunan itu yang
banyak. Meskipun jumlahnya tidak sampai seribu namun karena banyaknya daun
pintu maka dinamakan Lawang Sewu yang artinya seribu pintu. Meskipun malam,
Kota Semarang tetap panas hawanya apalagi saat berada di dalam bangunan itu. Perpaduan antara cuaca Semarang dan
kesingupan bangunan menambah rasa panas. Sebenarnya waktu itu ingin ke ruang
bawah tanah yang bergenangan air sekaligus dulunya merupakan penjara bawah
tanah. Namun karena baunya aku tidak tahan maka tidak jadi. Rasanya seperti di
ruang hampa udara berbau tanah. tapi kalau kelian memang tertarik perlu tu
dicoba. Dengan menambah tarif Rp 40.000, kalian dikasih fasilitas pemandu,
senter, helm dan sepatu karet karena memang kita akan berjalan di genangan air.
Lawang
sewu ini yang bisa kita kunjungi dengan leluasan adalah lantai 1 dan 2. Kita
diajak melihat-lihat bangunan jaman dulu seperti ruang dansa, ruang rapat dll. Dan
kalau kita berfoto di salah satu pintu tengah, pintu tengah yang ada di
belakangnya lagi sampai paling belakang akan terfoto juga. Kalau menurutku
itulah sisi berfoto yang wajib dilakukan di lawang sewu.
Sementara
di bagian paling atas adalah ruang pembantaian. Ruangannya di atap dan sempit
sehingga kalau kita tinggi jalannya sambil bungkuk. Aku si Cuma liat sebentar
karena takut juga malem-malem dan waktu itu pengunjung ke atap Cuma rombonganku
yang jumlahnya Cuma 4 plus pemandu, merinding tak tertahankan akhirnya nyerah
turun deh.
Di
dalam bangunan Lawang Sewu ada juga museum yang berisi foto-foto, kemudi
lokomotif, genteng yang digunakan untuk pembangunan Lawang Sewu serta jenis
bata yang digunakan.
Di
sisi belakang Lawang Sewu ada parit yang gelap dan cukup menyeramkan. Disitu dulunya
mayat-mayat korban penyiksaan dibuang begitu saja. Yang kupikirkan adalah apa
dulu gag berbau busuk ya? Kan banyak yang dibuang disitu. Selain itu ada
pembuangan mayar yang lainnya yakni di depan lawang Sewu itu sendiri. Konon
jaman dulu tumpukan mayat diletakkan begitu saja di halaman kemudian disemen.
Wuedyaaann,, dan sampai sekarang semen itu masih ada dan ada peringatannya.
Kayak kuburan gitu deh. Letaknya bersebelahan dengan lokomotif kereta api yang
ada di halaman Lawang Sewu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar