Minggu, 11 Mei 2014

LAWANG SEWU WISATA SEJARAH DAN UJI NYALI

LAWANG SEWU
WISATA SEJARAH DAN UJI NYALI

                Kali ini aku berkunjung ke kota Semarang Jawa Tengah. Dua kali aku mengunjungi yang namanya Lawang Sewu. Dan keduanya malam-malam alias setelah Isya. Karena kalau siang panas sekali kalau harus bermotor-motoran dari Gunung Pati menuju Semarang Kota.
          Untuk tiket masuk ke Lawang Sewu adalah Rp 10.000,-. Kita diwajibkan memakai pemandu yang dikenakan tarif Rp 20.000,-. Jadi kalau ke Lawang Sewu beramai-ramai lebih murah untuk iuran pemandunya karena baik satu pengunjung maupun rombongan tarinya tetap sama yakni Rp 20.000,-
                Pertama kali kita menginjakkan di Lawang Sewu kita sudah diceritakan sejarahnya. Dulu saat penjajahan Belanda bangunan ini dijadikan kator pusat perkeretaapian. Namun pada saat Jepang menduduki Indonesia, bangunan ini berubah menjadi tempat penyiksaan kepada orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Disitulah asal muasal kenapa Lawang Sewu menjadi mistis karena banyaknya orag yang disiksa sampai mati pada bangunan ini. apalagi aku  kesana malem terus jadi semakin mistis rasanya. Namun justru disitu letak asyiknya ^^.
                Sebenarnya aku benar-benar takjub dengan bangunan selain sisi keangkerannya itu. Setiap detail bangunan dibuat dengan rapi. Bahkan sampai kamar mandinya juga. Aliran air di lantai yang mencegah kebanjiran juga dibuat dengan rapi. Tak heran memang Belanda dikenal dengan ahli airnya. Kita sempatkan berfoto di tengah gedung di bawah pohon besar yang katanya disana ada penghuninya. Tapi bismillah aja lah kalau memang terfoto ya buat kenang-kenangan ^^.

















                Kenapa dinamakan lawang sewu ternyata dari dari daun-daun pintu di bangunan itu yang banyak. Meskipun jumlahnya tidak sampai seribu namun karena banyaknya daun pintu maka dinamakan Lawang Sewu yang artinya seribu pintu. Meskipun malam, Kota Semarang tetap panas hawanya apalagi saat berada di dalam bangunan  itu. Perpaduan antara cuaca Semarang dan kesingupan bangunan menambah rasa panas. Sebenarnya waktu itu ingin ke ruang bawah tanah yang bergenangan air sekaligus dulunya merupakan penjara bawah tanah. Namun karena baunya aku tidak tahan maka tidak jadi. Rasanya seperti di ruang hampa udara berbau tanah. tapi kalau kelian memang tertarik perlu tu dicoba. Dengan menambah tarif Rp 40.000, kalian dikasih fasilitas pemandu, senter, helm dan sepatu karet karena memang kita akan berjalan di genangan air.
          Lawang sewu ini yang bisa kita kunjungi dengan leluasan adalah lantai 1 dan 2. Kita diajak melihat-lihat bangunan jaman dulu seperti ruang dansa, ruang rapat dll. Dan kalau kita berfoto di salah satu pintu tengah, pintu tengah yang ada di belakangnya lagi sampai paling belakang akan terfoto juga. Kalau menurutku itulah sisi berfoto yang wajib dilakukan di lawang sewu.
          Sementara di bagian paling atas adalah ruang pembantaian. Ruangannya di atap dan sempit sehingga kalau kita tinggi jalannya sambil bungkuk. Aku si Cuma liat sebentar karena takut juga malem-malem dan waktu itu pengunjung ke atap Cuma rombonganku yang jumlahnya Cuma 4 plus pemandu, merinding tak tertahankan akhirnya nyerah turun deh.
          Di dalam bangunan Lawang Sewu ada juga museum yang berisi foto-foto, kemudi lokomotif, genteng yang digunakan untuk pembangunan Lawang Sewu serta jenis bata yang digunakan.
          Di sisi belakang Lawang Sewu ada parit yang gelap dan cukup menyeramkan. Disitu dulunya mayat-mayat korban penyiksaan dibuang begitu saja. Yang kupikirkan adalah apa dulu gag berbau busuk ya? Kan banyak yang dibuang disitu. Selain itu ada pembuangan mayar yang lainnya yakni di depan lawang Sewu itu sendiri. Konon jaman dulu tumpukan mayat diletakkan begitu saja di halaman kemudian disemen. Wuedyaaann,, dan sampai sekarang semen itu masih ada dan ada peringatannya. Kayak kuburan gitu deh. Letaknya bersebelahan dengan lokomotif kereta api yang ada di halaman Lawang Sewu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar